Archive for October 5, 2009

TRONIK DOCUMENTATION

Posted: October 5, 2009 in Uncategorized

image1

Img00004

Img00005

Img00006

Img00007

Img00008

Img00009

Img00010

Img00011

Img00155

Img00156

Img00157

Img00158

Img00159

Img00160

Img00161

Img00162

Img00163

1 tn

Img00001Img00003Img00004Img00005Img00006

TUGAS ESSAY TRONIK

Posted: October 5, 2009 in Uncategorized

1. Nama : Suhartono

Tema : Intelektualitas sebagai Penyeimbang Globalisasi

GENERASI PEMUDA ERA GLOBALISASI

Abad 21 sebagai awal millenium ketiga, ditemuinya suatu kenyataan, terjadinya lonjakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan pesat. Ditandai dengan lajunya teknologi komunikasi dan informasi. Sutu gejala yang disebut-sebut sebagai arus globalisasi, dan perdagangan bebas, yang mamacu dunia ini dalam suatu arena persaingan yang tinggi dan tajam. Globalisasi sebenarnya dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau proses menjadikan sesuatu mendunia                            ( universal), baik dalam lingkup maupun aplikasinya.

Diera Globalisasi juga akan terjadi perubahan – perubahan cepat. Dunia akan transparan, semakin sempit, dan seakan tanpa batas. Hubungan komunikasi, informasi, transportasi menjadikan satu sama lain menjadi dekat, sebagai akibat dari revolusi industri, hasil dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Arus globalisasi juga akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern. Dari kehidupan sosial berasaskan kebersamaan, menjdi masyarakat yang individualis, dari lamban kepada serba cepat. Dari kepemimpinan yang formal kepeda kepemimpinan yang yang mengandalkan profesional.

Semestinya usaha diarahkan kepada suatu pembentukan generasi penyumbang dalam bidang pemikiran ataupu penyumbang pembaharuan. Keberhasilan akan ditentukan olah keunggulan institusi dibidang pendidikan atau pembinaan terhadap generasi yang berpengetahuan tentang kemampuan yang dimiliki, memiliki pemahaman mendalam tentang masalah-masalah yang tengah dihadapi, yang mgarah kepada kaderisasi diiringi oleh penswadayaan kesemp[atan-kesempatan yang ada.

Suatu kelemahan mendasar pada negara berkembang adalah melemahnya jati diri karena kurangnya komitmen terhadap nilai-nilai luhur agama yang menadi anutan bangsa. Kelemahan ini dipertajam oleh tindakan isolasi diri karena kurangnya kemampuan terhadap penguasaan bahasa dunia, yang ada gilirannya dengan kecendrungan terjajah di negeri sendiri. Kurangnya percaya diri tersebab lemahnya penguasaan teknologi dasar yang menopang tatanan perekonomian bangsa, lemahnya minat menuntut ilmu, yamg pada akhirnya menutup peluang untuk berperan serta dalam kesejagatan.

Agama, adat, dan budaya menjadi tatanan kehidupan masyarakat seutuhnya, menjadi landasan meletakkan dasar pengkaderan regenerasi, dengan mengaktifkan kegiatan mengarah kepada penerapan hidup keseharian menjadi kewajiban utama, agar tidak terlahir generasi yang lemah. Perlibatan generasi muda pada aktifitas-aktifitas agama, adat, dan budaya menjadi pendorong bagi terlahirnya egnerasi penyumbang yang bertanggung jawab.

Menggali ekoteknologi dengan kearifan yang ramah lingkungan, serta penanaman keyakinan aktual bahwa yang ada sekarang adalah milik generasi mendatang, menumbuhkan konsekuensi logis beban generasi kini berkewajiban memelihara dan menjaga untuk mewariskan kepada generasi pengganti, secara lebih baik dan lebih sempurna.

2. Zacky Ilma

INTELEKUALITAS SEBAGAI

PENYEIMBANG GLOBALISASI

Globalisasi merupakan keadaan yang paling mendominasi dalam satu abad terakhir ini. Secara umum globalisasi membuat semua kebudayaan saling membaur menjadi satu kebudayaan yang lebih berkembang dengan peradaban yang lebih maju. Akibatnya, batas-batas Negara menjadi semakin kabur dan seolah dunia semakin menyempit. Dari semua itu, tidak semuanya mempunyai dampak yang positif, sehingga banyak hal yang perlu dihindari dari hal-hal negative yang ditimbulkanya. Disisi lain, kita tidak boleh menjadi kaum yang tertinggal dan tidak mengikuti perkembanganya, tapi perlu diwaspadai juga derasnya arus globalisasi agar kita tidak terseret dan tenggelam didalamnya. Untuk itu diperlukan intelektualitas sebagai penyeimbang Globalisasi.

Dalam satu decade terakhir ini, tampak bahwa laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin cepat. Pemicu utama dari hal ini adalah kebutuhan akan distribusi informasi serta komunikasi. Hal ini mengakibatkan semakin canggihnya sarana transportasi serta teknologi informatika untuk mendukung hal tersebut. Disadari atau tidak hal ini merupakan salah satu efek dari globalisasi. Mengapa? Karena semua itu membuat jarak semakin tak berarti dan semuanya bergerak semakin cepat. Lebih jauh lagi tentang teknologi, hampir setiap minggunya terdapat teknologi baru yang terus di update untuk menjadi semakin lebih efektif dan setiap tahunnya selalu ada penemuan baru baik dalam hal sains maupun teknologi. Apakah kita hanya berdiri statis terhadap mobilisasi yang super cepat ini?

Tidak hanya itu, Globalisasi juga mempunyai efek negative yang benar-benar tampak jelas. Karena batas-batas Negara semakin kabur dan kebudayaan semakin membaur, bangsa kita seolah kehilangan jati diri. Buta akan identitas diri menjadi benar-benar identitas kita. Identitas global tetap didominasi oleh Negara-negara barat seolah semuanya bersumber dari sana, dan tanpa disadari kita ikut berkiblat dari mereka. Mengapa? Karena saat-saat ini mereka yang terdepan dalam teknologi dan informasi. Lantas, apa yang dapat kita lakukan untuk menanggulangi hal ini???

Jawaban dari 2 hal tersebut adalah intelektualitas. Kita harus lebih cepat belajar menjadi manusia-manusia intelek untuk menjadi pemenang dalam persaingan IPTEK. Saat kita menjadi Negara yang paling maju dalam hal tersebut, kita akan menjadi Negara yang mandiri dan tidak menggantungkan apapun dengan Negara lain. Ketika itulah kita dapat memegang teguh identitas bangsa kita tanpa berkiblat dari Negara-negara barat dan justru merekalah yang mendongak melihat bangsa besar kita

3. Fernanto Rindi

Intelektualitas Sebagai Penyeimbang Globalisai

Di era globalisasi ini hampir di seluruh aspek kehidupan mengalami perkembangan yang cukup signifikan, terutama di bidang IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Tidak hanya di negara-negara maju tapi juga di negara-negara yang sedang berkembang. Distribusi listrik yang sudah mulai merata. akses informasi melalui media elektronik dan internet yang sudah banyak merambah di pedesaan bahkan sampai di pedalaman hutan belantara. Di samping begitu banyak manfaat yang dapat kita peroleh, globalisasi juga memiliki beragam dampak negatif yang tidak kalah banyak jumlahnya, beberapa diantaranya adalah penyalah gunaan media elektronik oleh para remaja, perlombaan senjata, peperangan, aksi terorisme, dan banyak lagi lainya. Di sinilah pentingnya peranan intelektualitas guna mengimbangi perkembangan globalisasi, selain itu intelektualitas sangatlah diperlukan agar suatu bangsa dapat terus berdiri dan berkembang di ere globalisasi ini.

Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang sangatlah memerlukan intele-intelktual muda yang memiliki jiwa kepemimpinan, inovatif dan berkomitmen tinggi. karena pada akhirnya intelek-intelektual muda inilah yang kelak akan memimpin bangsa ini, dan di antara intelektual-intelektual muda itu akan ada kita selaku mahasiswa Teknik Fisika UGM.

4. Andik Tri

Intelektualitas Sebasai Penyeimbang Globalisasi

Intelektualitas dan globalisasi merupakan dua hal yang saling

berhubungan, karena untuk menyeimbangkan kehidupan di era globalisasi

ini, diperlukan manusia-manusia yang mempunyai intelektualitas tinggi.

Era globalisasi merupakan sebuah fenomena multi dimensi yang pada

titik tertentu melahirkan berbagai perspektif. Pada satu sisi, ilmuan

menganggap bahwa globalisasi adalah sebuah paradigma ilmu dalam

keilmuan sosial saja. Padahal jika dilihat dari aspek yang lebih luas

lagi daripada globalisasi itu sendiri, maka implikasi yang ditimbulkan

juga mengarah pada perubahan yang lebih signifikan terhadap pola

perkembangan sains dan teknologi. Pada hakikatnya, perkembangan sains

dan teknologi ini tak terlepas dari perkembangan intelektualitas

manusianya. Dengan intelektualitas yang tinggi, manusia dapat

menemukan atau menciptakan berbagai barang yang barbasis sains dan

teknologi pada khususnya, sehingga dapat bermanfaat dan menunjang

kehidupan manusia di era globalisasi seperti ini. Dalam era

globalisasi ini barbagai peristiwa atau kegiatan di belahan dunia yang

satu dapat membawa konsekuensi penting bagi individu atau masyarakat

di belahan dunia yang lain. Salah satu contoh sederhana di bidang

teknologi khususnya teknologi informasi adalah perkembangan internet,

yang sekaligus merupakan buah dari perkembangan intelektualitas

manusia. Internet telah berkembang pesat di negara-negara yang berada

di belahan dunia bagian utara. Hampir setiap individu mengakses

internet untuk mendapatkan suatu informasi dan berkomunikasi dengan

orang lain, ini merupakan suatu bukti bahwa intelektualitas dapat

menyeimbangkan globalisasi. Dengan adanya arus globalisasi

perkembangan internet sampai saat ini dapat menjalar ke negara-negara

yang berada di belahan dunia lainnya. Indonesia, misalnya. Saat ini

masyarakat sudah mulai mengenal internet sebagai suatu media untuk

mendapatkan informasi serta berkomunikasi dengan orang lain. Dengan

berkembangnya intelektualitas manusianya, maka masyarakat di daerah

tersebut dapat dengan mudah merasakan manfaat dari perkembangan

internet serta mengdindari penyalahgunaannya. Sehingga, kehidupan yang

dipengaruhi oleh arus globalisasi dapat berjalan dengan seimbang.

6. Dio Masera

INTELEKTUALITAS SEBAGAI PENYEIMBANG GLOBALISASI

Globalisasi memiliki ragam definisi. Secara literal, ia memang berasal dari kata global yang berarti universal, akan tetapi sampai saat ini belum ada definisi globalisasi yang mapan, kecuali sekadar definisi kerja, yang tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Karena tidak mudah mendefinisikan globlisasi secara komprehensif, akan lebih baik jika kita mengenali ciri-ciri globlisasi. Pertama, perubahan dalam konsep ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda. Kedua, pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam WTO (World Trade Organization). Ketiga, peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). Saat ini, kita dapat mengkonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, makanan dan sebagainya. Keempat, meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, gaya hidup global, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.

Dalam artikel yang pernah ditulis ekspolitiker CDU Norbert Blüm Ex-Bundesarbeitsminister diutarakan bahwa fakta di dunia ini :

-1 % orang di dunia ini mempunyai pendapatan yang

besarnya sama dengan jumlah total pendapatan 57 %

orang di negara miskin.

– 20 % dari penduduk dunia menghabiskan 86 % sumber

energi/kehidupan.

– 1 milyar manusia tdk punya saluran utk mendapatkan

air bersih.

– Di bbrp negara, 250 juta anak-anak terpaksa untuk bekerja

dan di beberapa negara 850 juta orang dewasa tidak punya

pekerjaan.

– 65 % penduduk dunia belum pernah menggunakan telpon.

– 40 % penduduk dunia hidup tanpa listrik.

– 88 % akses Internet di dunia ada di negara industri

maju (= 15 % penduduk dunia).

Bila dilihat dari faktanya, Negara Indonesia ini masih “awut-awutan” disemua sektor untuk menghadapi globalisasi.Jangan sampai Negara kita dijadikan “medium” untuk memperkaya Negara maju yang lebih mendominasi dunia.

Dari data yang kita lihat di atas , seharusnya kita mampu megantisipasinya dengan cara mempelajari berbagai konsep penyeimbang globalisasi,diantaranya adalah intelektualitas (terutama Indonesia). Konsep penyeimbang globalisasi berdasarkan intelektualitas ini adalah sebuah konsep dimana kita menyelesaikan sebuah suatu permasalahan dengan kepala dingin dan melihat dari berbagai aspek-aspek positif yang ada (teknolog ekonomi,social,budaya,pendidikan dan informasi) agar menemukan suatu titik temu penyelesaian dari permasalahan tersebut dan merealisasikannya. Bagaimanapun kita tidak bisa kita hindari globalisasi Bukan berarti bahwa jalan keluar yang terbaik adalah dengan menjadi agen “anti-globalisasi” agar terhindar dari penyimpangan globalisasi, justru perkembangan Negara kita mungikn dapat terhambat dan tidak bisa menyaingi kemajuan di dunia universal. Dan saya rasa banyak negara lain yang mempunyai konsep yang sama. Masyarakat /Organisasi masyarakat/LSM yang merealisasikannya. Dengan begitu maka akan ada penjelasan, tukar menukar informasi, workshop, pendidikan dll untuk yang terkena/tersentuh langsung/tdk langsung dgn globalisasi, juga akan ada lobby sebagai perangkat untuk memberikan masukan positif kepada para wakil rakyat. Jangan sampai dengan kedok globalisasi para imperium ekonomi international memaksakan logika mereka kepada rakyat indonesia/kaum kecil. Mereka punya logika yang berorientasi pada pasar dan keuntungan, hingga ada plesetan dari pepatah jerman “der Mensch ist das Maß aller Dinge” menjadi “der Markt ist das Maß aller Dinge”. Kalau hal ini mendominasi maka akan muncul sistem Neofeodalismus, karena kaum kecil tidak ada kepemilikan, mereka hanya bisa menyewa (Franchising) dengan bagi hasil.

7. Choirly Kaulina Rahmaningrum

Intelektualitas untuk Globalisasi

Kata globalisasi sudah tidak asing lagi di dalam kehidupan ini karena orang sering mengatakan jika dunia sekarang makin menuju ke globalisasi dan kita sekarang berada era globalisasi. Tetapi, apa sih sebenarnya globalisasi itu? Globalisasi yaitu proses dimana hubungan negara dunia yang semakin tiada batasnya. Bukan hanya hubungan negara dunia saja, tetapi mencakup semua hal yang ada di dunia ini. Semua menjadi lebih mudah, dan cepat.

Era globalisasi tentu memiliki dampak negatif dan positifnya. Seperti akses hubungan yang lebih cepat, yaitu dengan menggunakan internet. Internet merupakan salah satu wujud dari keglobalisasian. Namun dengan adanya internet, kita menjadi lebih terpengaruh oleh budaya-budaya yang seharusnya tidak kita tiru. Bukan hanya terpengaruh budaya, tetapi sering kali orang banyak memanfaatkan internet untuk hal-hal yang haram dilakukan. Mereka tidak menggunakan internet sebagai sarana untuk membantu kita dalam melaksanakan tugas, tetapi malah melakukan hal-hal yang seharusnya tidak mereka lakukan. Untuk mengantisipasi hal-hal tersebut, maka kita harus menembangkan pola pikir mereka. Dimana intelektualitas harus kita tingkatkan.

Perkembangan intelektualitas sangat diperlukan untuk menghadapi globalisasi. Mengembangkan intelektualitas bisa dilakukan dengan cara mengembangkan IPTEK, dan juga moral. Pengembangan keduanya harus dilakukan secara seimbang. Karena, jika pengembangan IPTEK tidak disertai pengembangan moral, maka pemanfaatan IPTEK pun tidak akan sejalan dengan apa yang diharapkan. Oleh karena itu, kita juga harus mengembangkan moral agar dalam era globalisasi ini, kita tidak terjebak kedalam hal-hal yang negatif.

Begitu pula sebaliknya jika kita hanya mengmbangkan moral saja tanpa memerhatikan perkembangan IPTEK. Jika hanya moral yang kita tingkatkan untuk menghadapi globalisasi tanpa memerhatikan perkembangan IPTEK, maka kita tidak akan mampu menghadapi tantangan-tantangan yang ada di dalam era globalisasi. Karena di dalam era globalisasi, kita membutuhkan pengembangan-pengembangan teknologi baru yang dapat menunjang kita dalam menjalani kehidupan ini. Tanpa pengembangan IPTEK, maka kita akan ketinggalan jauh dengan negara-negara lain. Karenanya, pengembangan IPTEK harus di imbangi dengan pengembangan moral.

Setelah kita tahu bahwa pengembangan IPTEK dan moral adalah dua hal yang penting dalam menghadapi globalisasi, maka kita dapat menarik sebuah kesimpulan jika pengembangan intelektualitas yang meliputi pengembangan IPTEK dan moral sangat diperlukan dalam menyeimbangkan kehidupan ini yang menuju globalisasi. Globalisasi yang menjadikan hubungan negara dunia semakin tiada batas, memicu kita dalam perkembangan iptek dan moral yang menjadikan sebagai penyeimbang supaya segala sesuatunya tetap terkendali.

8.Putri

Intelektualitas Sebagai Penyeimbang Globalisasi

Pastinya kita semua sudah mendengar kata globalisasi dan semua kalangan yang mendengar kata ini pikirannya pasti tertuju pada hal-hal yang bersifat global atau mendunia misalnya kerjasama regional di bidang pendidikan dan budaya. Apapun kebijakan pemerintah nasional dan internasional pasti mempunyai tujuan yang sama yaitu mengoptimalkan sumberdaya alam dan manusia demi kesejahteraan manusia. Walaupun terkadang hasilnya tidak sesuai dengan impian yang diharapkan.

Di sinilah intelektualitas berperan sebagai penyeimbang globalisasi. Tapi bagaimana Intelektualitas tersebut bekerja? Tujuan diadaknnya system globalisasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan cara meningkatkan mutu produksi dengan harga yang dapat dijangkau masyarakat dunia. Dengan kata lain persaingan merupakan kunci globalisasi dan mutu merupakan kunci keberhasil. Tapi untuk mencapai mutu produksi yang tinggi juga membutuhkan high technology dan intelektualitas berperan untuk menciptakan itu semua.

Tapi di dunia tidak hanya dibutuhkan intelektualitas yang berpusat pada ide – ide kreatif karena hal itu bisa menjadi boomerang. Bagaimana tidak jika sebagian orang tidaka mempunyai intelektualitas dalm emosinya maka ada kemungkinan dia tidak mempunyai hati untuk membantu orang lain agar juga sejahtera.. Yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Sungguh ironis melihat seberapa dalam jurang social itu.

Oleh karena itu dalam globalisasi yang semakin kejam ini kita sebagai generasi muda Indonesia sepantasnya mengasah kempauan intelegensi dan emosi kita dalam menghadapi persaingan global. Dengan demikian diharapkan Indonesia menjadi maju dalam berbagai bidang setara dengan Negara maju lainnya dan juga kebudayaan alami terjaga jua. Sehingga tercapailah cita-cita Indonesia yang menganut paham Bhinekka Tunggal Ika.

9. Pinto Anugerah

Waspada Globalisasi

Globalisasi. Satu kata yang kini menjadi hantu menakutkan bagi seluruh penduduk Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya. Secara harfiah, globalisasi berarti suatu keadaan yang bersifat sangat universal dan terjadi secara besar-besaran di seluruh dunia (global). Globalisasi juga bisa dikatakan sebagaii kondisi berubahnya pola pikir dan tingkah laku manusia secara cepat. Akibatnya, kapitalisme pun merajalela. Namun, hakikatnya globalisasi adalah keadaan menyempitnya dunia ini.

Dunia menyempit??? Ya, dan itu telah kita rasakan saat ini. Jarak bukanlah suatu masalah bagi manusia zaman sekarang. Ratusan bahkan ribuan kilometer yang dulunya ditempuh dalam waktu berbulan-bulan, kini dapat ditempuh dalam hitungan jam. Seolah ukuran bumi mengecil dari biasanya, meskipun memang bumi ini menjadi semakin sesak.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin ’menggila’ adalah tersangka utama penyebab maraknya globalisasi. Betapa tidak, seorang anak manusia bisa saja mengunjungi beberapa negara sesuka hatinya hanya dalam sehari, berkat kemajuan teknologi.

Dengan teknologi, seseorang bisa berkomunikasi dengan kerabatnya yang berada jauh di seberang samudra. Jika dulu dikenal sistem surat-menyurat dengan jasa pos, kini sudah ada media telepon. Bahkan, hampir semua orang memiliki telepon genggam yang bisa dibawa kemana-mana. Belum lagi, akses internet yang memungkinkan seseorang berkomunikasi dengan orang lain di belahan benua yang berbeda.

Lalu, apa yang harus diwaspadai dari globalisasi??? Bukankah kemajuan itu akan sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia, dan ujungnya adalah kesejahteraan umat manusia itu sendiri??? Benar, namun dibalik itu ternyata ada dampak yang sangat membahayakan.

Sekilas kita melihat kepada sejarah yang terjadi ratusan tahun yang lalu. Ketika itu, sebuah mesin uap ditemukan oleh seorang berkebangsaan Inggris bernama James Watt. Kemudian menyusul penemuan-penemuan mesin lainnya. Segera setelah itu, dunia memasuki era industri. Negara-negara eropa berlomba-lomba membangun pabrik-pabrik, mempekerjakan jutaan manusia untuk menghasilkan suatu produk. Tidak hanya di eropa, ‘wabah’ industri pun menjalar hingga ke seluruh penjuru dunia.

Seiring berkembangnya zaman, permintaan pasar akan sebuah produk pun ikut-ikutan membengkak. Perusahaan-perusahaan di seluruh dunia dituntut menghasilkan sebuah produk yg lebih banyak, dan lebih banyak lagi. Jika mereka berpikir akan mempekerjakan lebih banyak manusia, mereka akan rugi besar. Pasalnya, mereka juga akan mengeluarkan dana tambahan untuk membayar upah pekerja, disamping tentunya biaya produksi. Namun, jika tidak demikian, mereka tidak akan memuaskan permintaan pasar yang menuntut jumlah produksi yang banyak, sementara jumlah pekerja tetap, dan waktu pun juga tetap 24 jam dalam sehari.

Sebuah solusi yang awalnya dianggap cemerlang akhirnya ditemukan. Perusahaan harus menemukan sebuah mesin yang dapat membantu meringankan pekerjaan manusia. Manfaatnya memang benar-benar dirasakan oleh seluruh dunia. Sebuah pekerjaan yang dulunya dikerjakan dalam waktu berbulan-bulan, berkat kemajuan teknologi dapat dikerjakan hanya dalam hitungan jam.

Permasalahan pun timbul seiring semakin berkembangnya zaman. Teknologi yang semakin canggih pun mulai meresahkan para pekerja perusahaan-perusahaan di seluruh dunia. Masalahnya adalah berbagai penemuan-penemuan dan kecanggihan teknologi tersebut membuat sebuah pekerjaan yang dulunya berat menjadi terlalu ringan. Betapa tidak, pekerjaan yang ‘seharusnya’ dikerjakan oleh ratusan orang, kini hanya dikerjakan oleh sebuah alat dengan bantuan beberapa orang saja yang mengendalikannya.

PHK-pun merajalela. Dampaknya langsung terasa dimana-mana. Pengangguran, kemiskinan, dan kriminalitas adalah penyempurnanya. Para pekerja yang notabene adalah lulusan universitas-universitas terkemuka dengan nilai yang luar biasa, kini seolah tak ada artinya. Jika masih ada yang dipekerjakan, maka bayaran yang diterimanya akan sangat rendah. Tragis memang, namun kita tidak akan membahas tentang bagaimana gejolak permintaan pasar, juga tidak membahas bagaimana memperoleh pekerjaan dengan gaji tinggi. Namun yang perlu diketahui adalah bagaimana kita menyikapi keadaan yang seperti ini.

Beberapa pakar menyebutkan bahwa inilah akhir dari era-industri. Inikah globalisasi??? Jawabannya, BELUM!

Sejenak kita lihat kondisi bangsa Indonesia. Indonesia mau tidak mau pasti mengikuti trend seperti ini. Barangkali kita belum merasakan yang namanya PHK besar-besaran seperti contoh di atas, namun yang akan dialami bangsa kita justru lebih parah dari yang dsebutkan tadi.

Permasalahannya terletak pada lapangan pekerjaan. Bahkan sekarang pun kita merasakan betapa sulitnya para CPNS memperoleh sebuah pekerjaan yang layak. Berbagai universitas di negeri ini seolah menjadi mesin pencetak pengangguran raksasa. Belum lagi sebuah ‘ramalan’ yang membuat penduduk negeri ini merinding. Pasar global. Lebih ramai daripada pasar ikan, dan lebih mengerikan daripada pasar saham.

Beberapa tahun lagi (bisa jadi tahun depan atau bahkan tahun ini), lulusan-lulusan dari luar negeri akan berbaur dengan lulusan dalam negeri untuk mencari pekerjaan. Hampir bisa dipastikan perusahaan-perusahaan akan memilih para lulusan luar negeri. Bukan berarti mereka menyia-nyiakan potensi dalam negeri, atau meremehkan kualitas pemuda bangsa namun ternyata para kompetitor dari luar negeri ini bersedia untuk dibayar ‘serendah’ lulusan dalam negeri.

Jika sudah demikian, bagaimana nasib pemuda yang menjadi tulang punggung bangsa ini nantinya??? Bagaimana juga dengan bangsa ini??? Akankah semakin terpuruk??? Jawabannya ada di tangan kita. Lalu, apa yang harus kita lakukan???

Berpikir cerdas, dan bertindak tepat. Kita tidak melulu harus berpikir bahwa setelah menyelesaikan studi di universitas, kita harus mencari pekerjaan. Kemana-mana menenteng-nenteng ijazah, keluar masuk ruang kantor, mencari lowongan pekerjaan.

Sekolah-sekolah tinggi dan universitas pun sangat diharapkan perannya dalam hal ini. Selama menempuh pendidikan tinggi inilah mentalitas para pemuda bangsa ini seharusnya dibentuk. Memang, perusahaan-perusahaan asing akan memberikan penawaran yang menggiurkan, namun terkadang tanpa disadari tawaran itu justru memberi keuntungan pada mereka, tanpa ada sedikitpun manfaat buat bangsa ini.

Semestinya, para pemuda kita dididik untuk menjadi manusia yang berpikir untuk bangsa, dan bertindak untuk negara. Tidak melulu memperkaya diri sendiri, lalu membiarkan bangsanya tenggelam dalam keterpurukan. Namun lebih daripada itu, pemuda kita semestinya melihat semua peluang dan menjadikannya sesuatu yang bermanfaat atau memberi kontribusi bagi negara ini.

Sebagai contoh, para pemuda dapat menemukan sebuah peluang baru dengan menciptakan lapangan pekerjaan baru. Tidak mudah memang, namun jika mentalitas seperti itu sudah dibangun sejak dini, maka setidaknya masalah pengangguran akan dapat teratasi.

Pemerintah pun harus menyikapi hal ini dan bekerja sama dengan pihak universitas dan lembaga terkait. Beberapa cara bisa ditempuh untuk mencetak pemuda-pemuda intelek harapan bangsa. Contohnya, dengan memberikan beasiswa-beasiswa melanjutkan pendidikan, atau memberikan kesempatan bekerja di luar negeri. Setelah itu, mereka pun akan pulang ke negeri ini dengan segudang pengalaman dan tentunya, mentalitas pejuang sejati yang siap membawa bangsa ke arah yang lebih baik.

Jika yang demikian sudah terwujud, maka bangsa ini tidak perlu lagi mencemaskan pasar global dan sebagainya. Globalisasi, SIAPA TAKUT?!

10. Binar

Tema : Intelektualitas sebagai Penyeimbang Globalisasi

Peran Intelektualitas dalam Globalisasi

Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi seperti tidak ada lagi (atau terasa lebih dekat).

Ciri dari berkembangnya globalisasi di dunia ini tidak lepas dari pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan suatu budaya tertentu, mulai dari fashion (tren mode baju masa kini) sampai pada makanan dapat lebih cepat tersebar melalui pengaruh media massa, seperti televisi, film, musik, dan berita adalah salah satu contoh dari globalisasi. Jarak antar ruang dan waktu semakin terasa lebih dekat dan info –info cepat tersebar luas.

Namun, selain dampak positif yang dapat memajukan suatu negara di bidang teknologi, informasi, industri, globalisasi pun memiliki dampak negatif yang cukup besar dan cukup bepengaruh terhadap ketahanan suatu negara itu sendiri.

Dengan adanya globalisasi, contohnya, masyarakat Indonesia dapat mengkikis bahkan melupakan tradisi dan budayanya sendiri. Mengikuti tren mode barat, mulai dari cara berpakaian, bicara, kesopan santunan yang cenderung lebih vulgar, bebas, sangat bertentangan dengan budaya ketimuran yang dianut oleh orang Indonesia. Karena globalisasi, timbulnya industri yang semakin maju dengan bermunculannya pabrik – pabrik industri yang menggunakan mesin – mesin canggih, sehingga SDM tidak lagi diperlukan. Atau masih banyak lagi contoh dampak negatif dari globalisasi.

Karena pengaruh – pengaruh itulah, kita dituntut untuk memiliki pengetahuan lebih dan kecerdasan, atau suatu intelektualitas untuk dapat memfilter dan menyaring pengaruh mana yang baik yang dapat kita contoh dan pengaruh mana yang harus ditinggalkan. Dengan adanya ilmu pengetahuan itu, kita jadi tidak mudah untuk dibodohi dan diperbudak oleh globalisasi.

Kini berbicara masalah intelektualitas. Apakah intelektualitas itu sendiri ? Intelektualitas dapat diartikan sebagai suatu tingkatan kecerdasan atau kecendekiawanan tertentu yang dimiliki oleh seseorang dalam menilai dan memberikan alasan terhadap sesuatu hal secara objektif dan rasional. Mahasiswa sering dihubungkan sebagai salah seorang intelek, yaitu orang yang memiliki kecerdasan atau orang yang berpendidikan tinggi. Karenanya, mahasiswa memiliki peran penting dalam kehidupan sosial masyarakat. Dengan intelektualitas yang dimilikinya, mahasiswa mampu mengaplikasikan atau setidaknya dapat bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.

Globalisasi dan Intelektualitas memiliki hubungan erat dalam kehidupan sehari – hari. Intelektualitas memiliki peran untuk dapat menyeimbangkan pengaruh – pengaruh globalisasi yang masuk. Baik pengaruh baik maupun pengaruh buruk. Jadi dengan berkembangnya intelektualitas, berarti juga menyeimbangkan adanya globalisasi sehingga kehidupan tetap terkendali dan berada pada batasan – batsannya.

11. Alhamdy Warman

Saat ini di seluruh dunia termasuk negara-negara maju sedang menghadapi fenomena peningkatan jumlah pengangguran (jobless growth phenomenon). Pertumbuhan ekonomi dan industri yang terjadi tidak berbanding lurus dengan pertumbuhan kesempatan kerja. Salah satu penyebab utamanya adalah penggunaan tekhnologi mesin yang dianggap jauh lebih efisien untuk menggantikan peran manusia. Hal ini tentu saja menjadikan persaingan dalam mencari pekerjaan di masa datang akan semakin ketat, apalagi dengan adanya globalisasi di mana tidak ada lagi penghalang dalam mendapatkan pekerjaan selain kompetensi yang disyaratkan.

Orang-orang yang mempunyai nilai plus atau at least one step a step over the other yang dapat bertahan dalam kompetisi tersebut. Masa depan membutuhkan pribadi-pribadi berjiwa kepemimpinan yang dapat mendorong dan menciptakan perubahan (drive to change), bukannya yang hanya dapat mengikuti perkembangan (drive by change), apalagi yang anti perubahan (resist to change) (Harsiwi, 2003). Kemampuan untuk menjadi agent of change inilah salah satu hal yang merupakan kelebihan manusia dari mesin-mesin teknologi.

Agar dapat memenuhi hal tersebut sudah seharusnya setiap mahasiswa yang diharapkan nantinya dapat berperan sebagai pelaku utama di masa depan harus sudah membuat target dan persiapan matang untuk mencapainya. Sebagaimana dikatakan oleh Wiranto Arismunandar (2003) bahwa dengan memiliki target dari awal mereka akan memahami dan bersungguh-sungguh dengan motivasi yang tinggi mendapatkan kemampuan dan keterampilan yang perlu dimiliki. Walaupun seiring dengan perjalanan waktu nantinya akan sangat mungkin terjadi perubahan dalam keinginan dan cita-citanya tersebut. Hal ini sangat wajar dan manusiawi terjadi sesuai dengan bertambahnya pengetahuan dan pengalaman yang bersangkutan.

Peran pemuda maupun mahasiswa dalam proses pembaharuan dan kematangan perjalanan bangsa tidak dapat diragukan lagi, baik dari sisi peran serta dalam pengemangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Selain itu juga sebagai penyeimbang dalam proses pembangunan nasional maupun daerah, melaui intelektualitas dan netralitasnya mahasiswa mampu menyuarakan idealitasnya mahasiswa mampu menyuarakan idealismenya secara tepat, cermat dan santun yang tetap berpijak pada kepentingan masyarakat secara umum. “Image mahasiswa sebagai agen perubahan harus dapat dijaga melalui upaya-upaya pengembangan kemampuan dan kapasitas diri dalam menyongsong pergerakan arus globalisasi serta kesiapan dalam menghadapi dinmika social politik masyarakat terutama dalam konteks

kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam inplementasinya intelektualitas tidak akan memberikan dampak dan manfaat yang optimal tanpa diiringi dengan akhlak yang baik, subtansi dari ajaran islam pada prinsifnya adalah bagaimana kita dapat menampatkan diri secara tetap sesuai dengan fitrah yang diberikan oleh Allah SWT. “

tentunya dengan tidak melupakan keragaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia(Sjachruddin MS).

12. Ilham Ramadhan

KOMPETISI PADA ERA GLOBALISASI

Dunia kini dihadapkan pada sebuah era baru, yaitu era globalisasi. Dapat diartikan pula sebagai suatu fenomena yang bersifat global. Efek dari globalisasi ini pun dirasakan semua orang dari semua kalangan. Bagaimana tidak, semua arus informasi dan teknologi pun dapat diperoleh dengan mudah bahkan perkembangannya pun sangat pesat. Contoh yang sangat mudah adalah perkembangan handphone. Jika kita tengok beberapa tahun yang lalu mungkin kita hanya menggunakan handphone sebagai alat komunikasi untuk telepon dan sms saja. Namun seiring dengan perkembangan zaman kini handphone sudah jauh berkembang. Handphone kini punya segudang fungsi, mulai dari music player, game, GPS, browsing, chatting, posting dll. Dengan kecanggihan handphone tersebut membuat segala informasi yang kita butuhkan dapat diperoleh dengan cepat dan mudah. Membuat dunia seolah-olah menjadi sempit.

Globalisasi secara tidak langsung menutut kita menjadi seseorang yang lebih baik, menjadi manusia yang mengikuti perkembangan zaman, bukan menjadi manusia yang tertinggal. Apalagi dalam dunia teknologi, jangan sampai kita menjadi “Gaptek” (Gagap teknologi). Sungguh sangat menyedihkan. Kita sudah dimanjakan dengan segala macam fasilitas. Hakikat manusia sebagai makhluk yang tidak pernah puas, pasti mempunyai hasrat untuk memiliki sesuatu yang lebih. Keinginan untuk menjadi lebih maju membuat orang-orang yang berlomba-lomba menciptakan sesuatu yang baru. Hasilnya, muncullah beragam inovasi, penemuan, serta terobosan baru dalam berbagai bidang yang membuat hidup kita lebih mudah. Semua itu dipengaruhi oleh intelektualitas. Dengan intelektualitas yang kita miliki, kita dapat survive dalam era globalisasi, bahkan kita pun mampu untuk berkompetisi dengan manusia-manusia intelek di belahan bumi lain yang notabene teknologinya jauh meninggalkan kita.

Di sisi lain, pengaruh globalisasi juga menyebabkan pergeseran perilaku. Kebanyakan masyarakat Indonesia sekarang cenderung meniru gaya dari luar, khususnya negara-negara Barat. Dari segi berpakaian, wanita-wanita Indonesia dengan bangga mempertontonkan aurat mereka di depan umum, yang mengundang hasrat kaum pria, yang pada akhirnya berujung dengan dosa dan kriminalitas. Padahal kita sendiri tahu bahwa itu sangatlah bertentangan dengan budaya Indonesia yang menjunjung tinggi nilai kesopanan. Kita pun menyadari bahwa hidup itu sebuah pilihan. Pilihan yang baik dan yang buruk. Semua bergantung bagaimana kita menyikapinya. Oleh karena itu, intelektualitas juga berperan penting dalam menentukan sikap. Intelektualitas itulah senjata kita agar dapat hidup seimbang dengan globalisasi.

13. Victor Juanda

HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM ERA GLOBALISASI

Hak atas kekayaan intelektual menjadi isue yang semakin menarik untuk dikaji karena perannya yang semakin menentukan terhadap laju pembangunan nasional, terutama dalam era globalisasi ini. Dalam hubungan ini era globalisasi dapat dianalisis dari dua karakteristik. Yaitu : 1. Era globalisasi yg ditandai dengan terbukanya secara luas hubungan antar bangsa dan antar negara yang didukung dengan keterbukaan dalam informasi. Dalam kondisi keterbukaan informasi yang seperti ini, maka kejadian atau penemuan di suatu belahan dunia akan dengan mudah diketahui dan segera tersebar ke belahan dunia lainnya. Hal ini membawa akibat, bahwa pada dasrnya segala bentuk upaya peniruan, pemalsuan, dan sejenisnya tidak lagi mendapatkan tempat dan tergusur dari fenomena kehidupan bangsa ini. 2. Era globalisasi dpat membuka peluang semua bangsa dan negara di dunia untuk dapat mengetahui potensi, kemampuan, dan kebutuhan masing-masing.

Oleh karna itu yang mungkin terjadi dalam hubungan antar negara didasarkan pada upaya pemenuhan kepentingan secara timbal balik, namun justru negara yang memiliki kemampuan lebih akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Salah satu kemampuan penting suatu negara adalah kemampuan dalam penguasaan teknologi. Mengacu pada dua hal tersebut, upaya perlindungan terhadap hak atas kekayaan intelektual sudah saatnya menjadi perhatian, kepentingan, dan kepedulian semua pihak agar tercipta kondisi yang kondusif bagi tumbuh berkembangnya kegiatan inovatif dan kreatif yang menjadi syarat batas dalam menumbuhkan kemampuan penerapan, pengembangan, dan penguasaan teknologi.

Kiranya sulit dipungkiri, bahwa tanpa penerapan, pengembangan, dan penguasaan teknologi, pembangunan nasional tidak akan berjalan dengan laju kecepatan yang cukup untuk dapat menempatkan diri sejajar dengan bangsa lain yang sudah maju. Disadari bahwa dalam penerapan, pengembangan, dan penguasaan teknologi selalu diawali dan disertai dengan upaya pakar teknologi. Selanjutnya dari upaya pakar teknologi yang mengejar ketinggalan dalam tingkat penguasaan dan pengembangan teknologi diperlukan kegiatan yang bersifat kreatif dan inovatif agar memiliki kemampuan untuk menciptakan teknologi-teknologi baru. Untuk memudahkan pemahaman terhadap berbagai permasalahan yang berkaitan dengan hak atas kekayaan intelektual yaitu:

1. Kaitan antara Intelektual dan teknologi

Hak atas kekayaan intelektual dan teknologi merupakan wujud yang sangat kuat berinteraksi satu dengan yang lain dalam proses pembentukan nilai tambah di segala aspek kehidupan kita. Proses ini berjalan secara terus menerus dan saling berkaitan. Tolak ukur keberhasilan proses pembentukan nilai tambah ini, ditandai dengan “pemanfaatan mesin-mesin, ketrampilan (pengetahuan) manusia, dll, sehingga menghasilkan produk barang dan jasa yang bernilai jauh lebih tinggi dari nilai total dari material dan masukan-masukan lainnya.Penerapan, pengembangan, dan penguasan teknologi tidaklah mungkin dapat dicapai dengan baik, tanpa didukung dengan budaya kreatif dan inovatif dari sebagian terbesar masyarakat kita.

2. Kebijakan Penerapan, Pengembangan, dan Penguasaan Teknologi

Kebutuhan akan penerapan, pengembangan, dan penguasaan teknologi tidak akan pernah lepas dari peranan kehidupan manusia. Hal ini ditopang kenyataan bahwa manusia selalu ingin mengalami perubahan kearah yg lebih nyaman dan tentram dalam pemenuhan khidupannnya. Sementara kebutuhan manusia terus berubah dan meningkat sesuai dengan perkembangan lingkungan hidupnya.

3. Penegakan dan Perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual

Penegakkan hak atas kekayaan intelektual mendorong motivasi bagi semua pihak sesuai dengan bidang tugas dan profesinya masing-masing untuk tumbuh dan berkembang sebagai manusia yang kreatif dan inovatif. Penghargaan yang sesuai berdasarkan dasar-dasar keadilan dari segi hukum, sosial, politik,ekonomi. Dengan penegakan hak atas kekayaan intelektual, memberi kemungkinan bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup secara cukup, adil dan konsisten.

4. Hal-hal yang berkaitan dengan upaya penegakan dan perlindungan hak atas kekayaan intelektual.

Upaya penegakan dan perlindungan hak atas kekayaan intelektual merupakan subtansi yang bersifat strategik dalam proses pembangunan nasional serta mendorong upaya-upaya yang bersifat komprehensif. Disamping sifat komprehensif diperlukan juga kemampuan dalam mengikuti perkembangan hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta perkembangan Iptek yang terus melaju dengan kecepatan yang semakin meningkat.

Jadi melalui keempat hal tersebut kita harus mampu mengikuti perkembangan jaman yang semakin maju dan selalu mengikuti informasi-informasi yang terbaru.

Kita juga harus mampu membedakan informasi yang membangun atau menjatuhkan bangsa kita. Sehingga suatu saat nanti kita akan menjadi negara yang maju dalam segala bidang terutama dalam bidang pendidikan..

14. Yoga Prasusatyo

Pentingnya Intelektualitas dalam Pengaruh Globalisasi

Hak atas kekayaan intelektual menjadi issue yang semakin menarik untuk dikaji karena perannya yang semakin menentukan terhadap laju percepatan pembangunan nasional, terutama dalam era globalisasi. Dalam hubungan ini era globalisasi dapat dianalisis dari dua karakteristik dominan. Pertama, era globalisasi ditandai dengan terbukanya secara luas hubungan antar bangsa dan antar negara yang didukung dengan transparansi dalam informasi. Dalam kondisi transparansi informasi yang sedemikian itu, maka kejadian atau penemuan di suatu belahan dunia akan dengan mudah diketahui dan segera tersebar ke belahan dunia lainnya. Hal ini membawa implikasi, bahwa pada saatnya segala bentuk upaya penjiplakan, pembajakan, dan sejenisnya tidak lagi mendapatkan tempat dan tergusur dari fenomena kehidupan bangsa-bangsa. Kedua, era globalisasi membuka peluang semua bangsa dan negara di dunia untuk dapat mengetahui potensi, kemampuan, dan kebutuhan masing-masing. Kendatipun tendensi yang mungkin terjadi dalam hubungan antar negara didasarkan pada upaya pemenuhan kepentingan secara timbal balik, namun justru negara yang memiliki kemampuan lebih akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Salah satu kemampuan penting suatu negara adalah kemampuan dalam penguasaan teknologi. Mengacu pada dua hal tersebut, upaya perlindungan terhadap hak atas kekayaan intelektual sudah saatnya menjadi perhatian, kepentingan, dan kepedulian semua pihak agar tercipta kondisi yang kondusif bagi tumbuh berkembangnya kegiatan inovatif dan kreatif yang menjadi syarat batas dalam menumbuhkan kemampuan penerapan, pengembangan, dan penguasaan teknologi.
Kiranya sulit dipungkiri, bahwa tanpa penerapan, pengembangan, dan penguasaan teknologi, pembangunan nasional tidak akan berjalan dengan laju kecepatan yang cukup untuk dapat menempatkan diri sejajar dengan bangsa-bangsa maju lainnya. Disadari bahwa dalam sistematik penerapan, pengembangan, dan penguasaan teknologi selalu diawali dan dibarengi dengan upaya alih teknologi. Pada tahap lanjut dari upaya alih teknologi, untuk mengejar ketinggalan dalam tingkat penguasaandan pengembangan teknologi diperlukan kegiatan yang bersifat kreatif dan inovatif agar memiliki kemampuan untuk menciptakan teknologi-teknologi baru. Oleh karena itu dibutuhkan intelektualitas sebagai penyeimbang globalisasi

Septia Deofy Lesmana

Intelektualitas Sebagai Penyeimbang Globalisai

Globalisasi memiliki arti proses menyempitnya dunia yang selama ini kita huni, seiring berjalannya waktu proses globalisasi akan semakin cepat. Hal ini berpengaruh pada kehidupan manusia. Maka dari itu diperlukan penyeimbang sebagai tiang agar proses globalisai berlangsung sempurna berjalan harmonis sesuai dengan peradaban manusia. Perubahan akibat proses globalisasi, ditandai oleh beberapa hal. Pertama, perubahan dalam konsep ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda. Kedua, pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam WTO. Ketiga, peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa. Saat ini, kita dapat mengkonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, makanan dan sebagainya. Keempat, meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, gaya hidup global, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.

Negara kita ini adalah salah satu negara yang tisak bisa terhindar proses globalisasi, dengan begitu Indonesia sangat memerlukan intelektual_intelektual cerdas di masa yang akan datang untuk menghadapi permasalahan yang harus bisa diselesaikan pada masa itu juga. Kita yang menjadi calon lulusan teknik fisika ugm harus siap menjadi kebutuhan negara yang dimana saat dibutuhkan harus selalu siap.

DESTIANA TUNGGAL PRAMESTI
TEKNIK NUKLIR UGM 2009.
KELOMPOK 1, TRONIK.

Intelektualitas Sebagai Penyeimbang Globalisasi

Globalisasi adalah sebuah keadaan mengglobalnya dunia,sering diartikan sebagai suatu proses, keadaan, dan tujuan untuk menempatkan dunia dalam satu tangan, satu kekuasaan, dan satu komando. Ada beberapa pendapat mengenai globalisasi memang, ada golongan yang menolak globalisasi( pberpandangan negatif terhadap globalisasi), ada golongan yang mendukung globalisasi(berpandangan positif terhadap globalisasi dan sangat membangga-banggakan globalisasi), dan ada juga yang berada di antaranya, yakni mereka yang mengakui adanya globalisasi namun juga beranggapan bahwa kebanyakan orang melebih-lebihkan fenomena globalisasi itu sendiri. Jadi, menurut golongan ini globalisasi hanya sebuah transformasi dari keadaan sebelumnya menjadi keadaan global seperti sekarang ini.

Tapi, diatas semua itu, kita harusnya tidak perlu terlalu memperdebatkan tentang globalisasi itu sendiri; yang perlu dan penting untuk dilakukan aadalah bagaimana menyikapi globalisasi yang sekarang nyata-nyata berada di depan kita, menawarkan banyak pesona dan ancaman. Itulah tantangan bagi generasi muda Indonesia agar tidak mati terkapar menyedihkan tergilas globalisasi yang bermuka dua.

Lalu, apa senjata generasi muda dalam menanggapi tantangan globalisasi? Ya, benar, jawabnya adalah dengan intelektualitas. Intelektualitaslah yang menciptakan peradaban, intelektualitaslah yang membedakan kualitas dalam diri manusia, intelektualitaslah ssenjata ampuh, amunisi yang cukup, dan busur yang tangguh bagi generasi muda militan untuk menjawab tantangan globalisasi.

Bagaimana tidak?? Kita lihat sekarang, negara-negara kaya dan digdaya di dunia sekarang ini, bukanlah negara-negara yang kaya akan sumber daya alam. Justru mereka sebenarnya punya modal SDA yang minim dibandingkan dengan negara-negara berkembang seperti Indonesia. Tapi kenyataannya? Merekalah penguasa ekonomi dunia sekarang ini, yang berarti juga penguasa sektor-sektor lain -Karena ekonomilah sentralnya pertahanan dan keamanan, hubungan dengan negara lain, dan ilmu pengetahuan-. Apa rahasia mereka? Kok bisa sih, dari tidak punya menjadi digdaya? Ya, intelektualitaslah hal yang harus diperbaiki, yang harus ditingkatkan.

Kita sebagai mahasiswa, dimana posisinya sangat strategis, dekat ke “atas” dan dekat ke “bawah”, adalah kaum itelektual, agent of change! Itu adalah amanah yang cukup berat bagi kita, tapi harus dilaksanakan. Amanah dari bangsa besar ini yang krisis kepemimpinan, yang terombang-ambing dalam arus globalisasi yang semakin ganas. Itu adalah tantangan. Globalisasi??? Siapa takut!!! Karena kami, mahsiswa UGM adalah intelektual muda yang siap mengubah dunia.